Jum'at, 17 Maret 2017
Rabu,23 Maret, 2016 0
Jakarta (indonesiajurnal.com)-Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya fluktuasi harga cabang dan bawang merah. Demikian ditegaskan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian, Muhammad Syakir.
Syakir menambahkan, faktor pertama adalah karakter biologis bawang merah dan cabai merah yang mudah rusak (perishable). “Faktor kedua, karakter ekologi di Indonesia yang mengenal dua musim, musim hujan dan kemarau. Musim hujan menjadi kendala produksi sayuran, termasuk cabai dan bawang,” ujarnya saat jumpa pers di kantor Balitbang Kementerian Pertanian, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (22/03/2016).
Dia menandaskan, fluktuasi dan disparitas harga terjadi karena distribusi produksi yang tidak merata, baik dalam fungsi ruang maupun fungsi waktu. Pengusahaan bawang merah di Indonesia hanya dilakukan di daerah tertentu dn terkonsentrasi di Pulau Jawa (sekitar 80 %).
“Sekitar 42 % terkonsentrasi di Jawa Tengah (Brebes), disusul Jawa Timur 24 % (Nganjuk, Probolinggo), dan Jawa Barat 11 % (Cirebon). Di luar Jawa, sentra produksi bawang merah adalah NTB (9 %), Sumatera Barat (5 %), dan Sulawesi Selatan (4 %),” cetusnya.
Dia mengemukakan, untuk mengansipasi fluktuasi harga dan mewujudkan swasembada perlu dilakukan pendekatan teknis yaitu penanganan on farm untuk mencukupi produksi dan pendekatan non teknis untuk penataan aktivitas panen, distribusi produksi, pemasaran, dan kebijakan. “Pendekatan teknis dapat dilakukan melalui penyediaan varietas unggul dan teknologi budidaya yang sesuai untuk situasi off season,” katanya.
Beberapa, sambungnya, beberapa varietas unggul bawang merah yang tersedia antara lain; Sembrani, Maja, dan Trisula. Sementara, varietas cabai antara lain; Kencana, Ciko, Cabai Rawit Prima Agrihorti, Cabai Rawit Rabani Agrihorti.
Syakir kembali mengungkapkan bahwa pendekatan lain yang harus dilakukan meliputi penyediaan benih berkualitas dengan jumlah yang diperlukan, penyediaan teknologi budidya off season, penanganan panen yang tepat sehingga mengurangi kehilangan hasil dan menjaga kualitas produksi, dan penanganan pascapanen ketika produksi berlimpah untuk mendukung pasokan pada kurun off season dengan memakai instore drying yang dapat memperpanjang masa simpan bawang merah hingga enam bulan.
“Sedangkan pendekatan non teknis terutama dilakukan untuk menata distribusi sentra produksi, distribusi antarwilayah, pembenahan supply chain, serta menerbitkan regulasi untuk menjamin kecukupan dan distribusi produksi secara permanen,” urainya.
Pasokan cabai dan bawang merah cukup
Pasokan cabai merah dan bawang merah di Tanah Air sudah mencukupi. Pada 2014, kebutuhan bawang merah mencapai 0,65 juta ton per tahun, sedangkan pasokan nasional mencapai 1,23 juta ton per tahun.
Begitu juga dengan kebutuhan cabai besar dan cabai rawit (0,37 dan 0,32 juta ton per tahun. Sedangkan produksi nasional mencapai 1,07 dan 0,8 juta ton. (Wan)
Maret 12, 2017 0
Maret 07, 2017 0
Maret 07, 2017 0
Febuari 23, 2017 0
Jumat,28 Febuari, 2014 1
Minggu,12 Maret, 2017 0
Rabu,01 Mei, 2013 0
Rabu,01 Mei, 2013 0
Rabu,03 Juli, 2013 0
Rabu,03 Juli, 2013 0
Minggu,12 Maret, 2017 0
Selasa,07 Maret, 2017 0
Selasa,07 Maret, 2017 0
Kamis,23 Febuari, 2017 0
Jumat,17 Febuari, 2017 0
Jumat,17 Febuari, 2017 0