Sabtu, 8 April 2017
Selasa,24 November, 2015 0
Jakarta (indonesiajurnal.com)-Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengkoodinasikan penelti dari BPPT, KKP, LAPAN, LIPI, BIG, P3GL, Kemenristek Dikti, Kemenkomar, dan Perguruan Tinggi, serta peneliti asing dari 14 negara, untuk melakukan kajian di wilayah Marine Continent meliputi darat, laut, dan udara.
Kajian ini dilakukan untuk menyikapi kompleksnya variasi cuaca yang terjadi di Benua Maritim Indonesia (BMI). Dan hal itu membuat Global Climate Model (GCM) dan Numerical Weather Prediction (NWP) di wilayah Indonesia dianggap kurang maksimal untuk menggambarkan variabilitas cuaca dan iklim yang ada.
Untuk diketahui, Benua Maritim Indonesia (BMI) merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak pada posisi strategis, diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan Pasifik). Dan dilalui oleh garis khatulistiwa (ekuator). Posisi itu menjadikan BMI sebagai generator cuaca untuk wilayah belahan bumi Utara maupun Selatan
Menurut Kepala BMKG Andi Eka Sakya, kegiatan penelitian yang melibatkan peneliti dari berbagai lembaga seperti BPPT, LIPI, LAPAN, serta peneliti asing, dimaksudkan untuk meningkatkan prakiraan cuaca di wilayah BMI.
“Dalam kegiatan ini BMKG bertindak sebagai koodinator. Kegiatan ini diikuti oleh 11 negara,” ujar Andi saat jumpa pers yang juga diikuti peneliti dari BPPT, LIPI, LAPAN, dan peneliti asing, di gedung BMKG, Kemayoran, Jakarta, Selasa (24/11/2015).
Peneliti BPPT menyatakan banyak manfaat dari kegiatan penelitian ini. Manfaat, sambungnya, yang diperoleh antara lain, dapat memahami interaksi iklim dari bisnis maritim. Lalu dari segi capacity building untuk sumber daya manusia (SDM).
“Kemudian membantu dari segi prakiraan untuk peringatan dini berbasis risiko,” ujarnya seraya menambahkan, kegiatan ini bisa dijadikan agenda penelitian nasional.
Peneliti dari LAPAN, Halim, menambahkan, pihaknya mengupayakan peswat untuk dijadikan laboratorium terbang nasional. “Ini untuk kepentingan nasional,” tandasnya.
Sementara, peneliti asing yang terlibat dalam kegiatan ini mengungkapkan, ke-11 negara maritim yang mengikuti kegiatan penelitian harus pro aktif. “Kegiatan ini tidak berhasil bila tidak ada keaktifitan dari negara maritim itu,” tukasnya.
Dia melanjutkan, alasan utama dilakukan penelitian di wilayah BMI karena benua maritim menjadi pusat atmosfir dunia. (Wan)
April 07, 2017 0
Maret 24, 2017 0
Maret 24, 2017 0
Maret 18, 2017 0
Jumat,28 Febuari, 2014 1
Sabtu,08 April, 2017 0
Rabu,01 Mei, 2013 0
Rabu,01 Mei, 2013 0
Rabu,03 Juli, 2013 0
Rabu,03 Juli, 2013 0
Sabtu,08 April, 2017 0
Sabtu,08 April, 2017 0
Jumat,07 April, 2017 0
Jumat,07 April, 2017 0
Jumat,07 April, 2017 0
Jumat,07 April, 2017 0