Waketum PPPKRI Eddy Yusuf bersama Anggota bela negara dan TNI

Jakarta (indonesiajurnal.com)-Wakil Ketua Umum Organisasi Penerus Pejuang Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia (PPPKRI) Bela Negara, Eddy Yusuf menegaskan, ketahanan fisik dan ketahanan pangan adalah bagian bela Negara.

Eddy meyakini bahwa bela negara sebagai pembentuk karakter seluruh warga negara Indonesia agar memiliki rasa nasional terhadap negara ini. NKRI harga mati.

Terkait hal itu, Bela Negara pun berencana akan menggelar olahraga para layang dan para motor. Hari pertama di Jatim dan Sumbar.

“Bela Negara tidak hanya memberi penyuluhan, tapi juga membentuk kedisiplinan lewat ketahanan fisik dan ketahanan pangan. untuk ketahanan fisik, misalnya latihan berbaris, olahraga. Dan untuk ketahanan fisik, kami akan menggelar olahraga para layang dan para motor di 35 Provinsi. even pertama di Jatim dan kedua Sumbar, rencananya tahun ini,”  ujar Eddy di kantornya, Gedung PPPKRI Menteng, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Alasan dipilihnya olahraga yang menuntut adrenalin tinggi ini, karena setiap individu bela negara harus memiliki mental yang baik. “Itu alasannya. Jadi setiap individu bela negara tidak hanya memiliki wawasan kebangsaan yang bagus,” tukasnya.

Ditambahkannya, bela negara juga melakukan ketahanan pangan dengan memberi pembekalan pada masyarakat bagaimana agar masyarakat Indonesia mampu menghadapi MEA.

“Divisi di Bela Negara beragam. Dan tentunya untuk ketahanan pangan, kami bekerja sama dengan para bupati, membangun ekonomi kreatif rakyat agar mereka mampu mengolah hasil alam daerahnya sehingga mereka tidak lagi mencari kerja di daerah atau ke negara lainnya,” katanya seraya menambahkan bahwa ketahanan pangan juga merupakan satu wujud bela negara.

Lantas mengenai Gelar Apel Nasional yang baru saja dilaksanakan dan dihadiri 35 provinsi dari seluruh Indonesia itu, Eddy berharap dapat menumbuhkan rasa nasional yang sangat tinggi pada setiap individu warga negara.

“NKRI harga mati. Jika rasa nasional tumbuh, maka negara kita akan siap hadapi MEA ini. Anak bangsa mampu bekerja dan mengolah hasil kekayaan alamnya sendiri,” jelasnya. (Wan)