INDONESIA JURNAL » dan Pelaku Usaha http://indonesiajurnal.com media online Thu, 02 Sep 2021 07:20:30 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=3.7.36
Hari Tari Dunia 2016, Momentum Sinergi Antara Seniman, Akademisi, dan Pelaku Usaha http://indonesiajurnal.com/hari-tari-dunia-2016-momentum-sinergi-antara-seniman-akademisi-dan-pelaku-usaha/ http://indonesiajurnal.com/hari-tari-dunia-2016-momentum-sinergi-antara-seniman-akademisi-dan-pelaku-usaha/#comments Fri, 29 Apr 2016 23:46:03 +0000 http://indonesiajurnal.com/?p=9681 Catatan Dari “World Dance Day 2016”

Solo (indonesiajurnal.com)-Wujud nyata perbedaan antara seniman tradisional dan modern adalah pada kemandirian. Salah satu contoh, sebelum pentas seniman tradisi kerap merias dan menata penampilan mereka (make up dan kostum) tanpa bantuan orang lain. Bahkan secara mandiri mereka menyiapkan sendiri semua kebutuhan, seperti; make up, kostum, properti, dan berbagai kebutuhan artistik lainnya.

Berbeda dengan seniman modern, misalnya artis film dan bintang televisi, yang karena alasan profesional semua serba dilayani.

Seperti nampak pada Kamis (28/04/2016), di sebuah ruangan di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, beberapa seniman tari tradisi yang tergabung di Triardhika Production, tampak sibuk mematut diri sesuai dengan tuntutan karakter peran.

Para seniman tradisi ini tengah mempersiapkan diri untuk tampil jelang pementasan tari Bedhaya ‘Minangkalbu’ karya Eny Sulistyowati SPd, SE, MM. Pementasan ini menjadi bagian dari perhelatan memperingati Hari Tari Dunia 2016 (World Dance Day 2016), yang digelar kota Solo Jawa Tengah, selama dua hari, (Kamis-Jum’at, 28-29/04/2016).

“Kami memang terbiasa mandiri. Menyiapkan segala sesuatu sendiri. Bagi kami ekspresi seni itu bukan hanya di atas panggung. Apa yang terjadi di belakang panggung, dan berbagai proses sebelumnya, juga menjadi kesatuan ekspresi yang memperkaya kami berkesenian,” terang Eny Sulistyowati  kepada beberapa awak media yang meliput kegiatan ini.

 

Catatan Dari “World Dance Day 2016” 2

Tari Bedhaya ‘Minangkalbu’ tampil memesona dan memukau di depan ratusan penonton yang memadati Pendopo Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Tari Bedhaya ‘Minangkalbu’ tampil dengan sembilan penari; Eny Sulistyowati SPd, SE, MM, Rahma Putri Parimitha S.Sn, Titik Haryanti S.Sn, Mila Restuwardati S.Sn, Ayun Anindita Setya Wulan S.Sn, Ika Prasetyaningsih, Noviana Eka Pertiwi S.Sn, Ina Vivana Putri S.Sn, dan Dina Septi Rahayu. Sebagian besar penari adalah para profesional, sarjana seni, dan ada beberapa penari Bedhaya Keraton Surakarta. Didampingi dua Penyimping (pendamping), dengan iringan 17 Pengrawit (Pemusik), dan enam orang Sinden (Penyanyi).

Kesenian tanpa dikotomi

Hari Tari Dunia 2016 (World Dance Day), yang pusat peringatannya dilaksanakan di sebuah perguruan tinggi seni di kota Solo ini, ujar  Eny, harus dijadikan momentum sinergi antara seniman, akademisi, dan pelaku usaha di bidang industri kreatif, untuk melestarikan kesenian Indonesia secara dinamis.

“Pemberdayaan masyarakat dan kesenian sangat penting. Kesenian yang utuh tanpa dikotomi. Kesenian yang dapat menempatkan nilai luhur mampu berdampingan budaya pop. Bangsa ini ke depan membutuhkan orang-orang kreatif dan mandiri. Salah satunya melalui cara-cara kesenian,” cetusnya.

Selain Tari Bedhaya ‘Minangkalbu’ sebagai unggulan acara, rangkaian karnaval ratusan penari juga ikut menandai dimulainya pesta seni tari terbesar “24 Jam Menari”. Karnaval yang mengelilingi kawasan sekitar kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta itu kemudian berakhir di depan rektorat kampus.

Satu per satu rombongan menampilkan tarian. Mulai dari komunitas Barong Thir-tur Sogok Thunteng, Komunitas Kalimantan ISI, Jaranan Buta Banyuwangi, Komunitas NTB, Komunitas Banyumas ,hingga Gendang Beleg Sentanu Mataram. Masing-masing menampilkan kreasi tari dalam durasi tiga menit. Ribuan penonton  telah memadati lokasi acara sejak siang langsung menyemut ke pinggir panggung.

Tepat pukul 16.00 WIB prosesi dimulainya acara 24 jam menari dimulai. Samsuri, seniman tari yang aktif di Istana Pura Mangkunegaran, serta Mujdo Setiyo, seniman yang kerap menjalani misi budaya ke luar negeri, naik ke pangggung. Prof. Dr Sri Rochana W, S.Kar, M.Hum, Rektor ISI Surakarta, kemudian memberikan Gada kepada Samsuri untuk memukul gong sebagai tanda dimulainya 24 jam menari sekaligus meluncurkan logo 24 jam menari. Lebih dari 4.000 penari dari beragam komunitas dalam dan luar negeri akan mengisi acara yang berlangsung selama dua hari.

Tidak hanya di kawasan kampus ISI Surakarta, acara juga berlangsung di sejumlah lokasi keramaian Kota Solo, seperti halaman Benteng Vastenburg, Jalan Jenderal Soedirman, SMKN 8 Solo, serta di Grand Mall Solo, Solo Square, serta Solo Paragon Lifestyle Mall. Untuk di lokasi keramaian kota Solo, acara berlangsung hingga, Jumat (29/04/2016). siang. (Wn)

 

]]>
http://indonesiajurnal.com/hari-tari-dunia-2016-momentum-sinergi-antara-seniman-akademisi-dan-pelaku-usaha/feed/ 0